Pemilu Dan Generasi Muda



Rakyat Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi besar pada tahun 2019 mendatang. Pasalnya, pesta demokrasi 5 tahunan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019 yang akan memilih para anggota dewan legislatif DPR RI, DPD RI dan DPRD serta akan memilih presiden dan wakil presiden. Pemilu ini akan menjadi sejarah demokrasi di Indonesia, karena sejak masa reformasi, baru pertama kali masyarakat Indonesia akan memilih 5 sekaligus wakil mereka.
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 2017, pemilu serentak siap diadakan pada tahun 2019 ini. Jika pelaksanaan ini berhasil, maka Indonesia bisa menjadi kiblat dunia dalam proses demokrasi. Namun sebaliknya, Indonesia akan menjadi buruk di dunia jika gagal melaksanakannya. Berbagai tantangan akan dihadapi oleh penyelenggara pemilu yaitu KPU serta Bawaslu mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas.
            Dalam menjalankan proses pesta demokrasi, tentu KPU dan Bawaslu tidak sanggup untuk memikul beban demokrasi yang berat ini.  Peran masyarakat untuk membantu serta selalu mengawal sangatlah penting, khususnya generasi muda. Lalu, apa kaitannya generasi muda dengan politik? Bagaimana seharusnya peran generasi muda dalam politik? Mengapa peran pemuda dalam berpolitik sangat penting? Dan sederet pertanyaan lainnya yang tiada habisnya bermunculan di benak.
Partisipasi generasi muda dalam politik sangatlah perlu, terutama partisipasi pemuda dalam menyampaikan gagasannya di dalam pesta demokrasi. Pilkada sebagai sistem demokrasi langsung memberikan ruang yang luas bagi rakyat, khususnya generasi muda untuk berpartisipasi menentukan secara langsung pemimpinnya tanpa melalui perwakilan sebagaimana sistem pilkada tidak langsung. Generasi muda harus menjadi garda terdepan dalam proses demokrasi. Dengan hanya berdiam diri saja, menjadikan jiwa generasi muda yang apatis, yang tidak akan perduli dengan kemajuan bangsanya sendiri.
Sebagai golongan yang memiliki idealisme yang tinggi, generasi muda memiliki posisi yang sangat kuat, posisi yang tidak tergoyahkan, posisi yang independen dan merdeka. Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno atau lebih dikenal dengan Bung Karno pernah berkata, “Berikan aku 10 pemuda, maka akan ku guncangkan dunia.” Sudah semestinya generasi muda yang bersimpati akan tanah kelahirannya bergerak dan tidak ada lagi yang hanya menjadi penonton yang siap menerima setiap keputusan yang ada. Seakan-akan tidak memperdulikan siapa sosok yang akan memimpin bangsanya, bagaimana visi dan misinya, serta janji-janjinya yang telah mereka ucapkan sewaktu masa kampanye. Apabila generasi muda tidak berperan, akan sangat mudah bagi para pemimpin terpilih untuk mendikte serta membuat kebijakan, yang bisa jadi hanya menguntungkan diri pribadi mereka sendiri tanpa berpihak kepada rakyat. Lalu, hal semacam ini akan terus berlanjut hingga bangsa tidak memiliki harga diri kepada bangsa lain dan akan semakin terpuruk.
Sebagai generasi muda yang tidak berdiri di bawah bendera manapun dan tidak berkostum  merah, biru, kuning maupun hijau, hendaknya kita dapat mengawal setiap proses Pilkada yang akan berlangsung. Dengan berpartisipasi pemilu dengan aktif dan tidak pasif lagi, minimal dengan mencari tahu, serta mengetahui rekam jejak calon pemimpin yang akan memimpin kita nantinya. Demi kemajuan tanah kelahiran, generasi muda yang kritis sangat diperlukan.
Tahun 2019 merupakan tahun pertaruhan demokrasi Indonesia. Semangat membara rakyat Indonesia untuk membuat perubahan sudah didepan mata. Generasi muda menjadi ujung tombak perjuangan demokrasi dari zaman ke zaman. Kemajuan intelektualitas serta kemampuan teknologi di dalam jiwa generasi muda membawa harapan untuk kemajuan bangsa Indonesia tercinta ini. Generasi muda harus mengambil sikap untuk menghadapi pemilu serentak 2019 mendatang. Dalam mengambil sikap itu, nantinya akankah hanya menjadi pemilih pasif atau aktif. Pemilih pasif adalah pemilih yang tidak tahu akan keadaan politik yang akan dihadapi, sedangkan pemilih aktif adalah pemilih yang paham akan arus politik serta akan terus mengawal pemilu dengan baik.
Generasi muda yang termasuk dalam calon pemilih di tahun 2019 harus membawa semangat para pahlawan yang pernah memperjuangkan bangsa, yang pernah menjadi generasi muda juga dengan mengawal dari tahap awal pemilu hingga salah satu calon memimpin negeri ini. Kemampuan serta teknologi yang sudah berkembang pesat saat ini harus digunakan sebaik mungkin mengawal demokrasi negeri ini. Karena generasi muda yang sebenarnya adalah yang membuka pikirnya serta semangatnya.

Muhammad Hima El Muntaha
Anggota Divisi Pengawasan Partisipatif KISP
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spektrum Arah Gerak Partai Politik di Indonesia; Antara Kiri dan Kanan

Tipe Pemilih Dalam Pemilu

Membumikan Gerakan Literasi Media Berbasis Pendidikan Politik