Membumikan Gerakan Literasi Media Berbasis Pendidikan Politik
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(Information and Communication Technology / ICT) merupakan sesuatu yang tidak
dapat kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan bagi manusia. Teknologi juga memberikan beberapa kemudahan
bagi manusia dan manusia juga sudah menikmati banyak manfaat dari
inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan.
Sekarang penyebaran informasi sudah semakin cepat
dirasakan oleh seluruh masyarakat tanpa memandang batasan ruang dan waktu.
Setiap orang dapat menyebarkan berita dengan sangan cepat dengan bermodalkan
sebuah media yaitu internet. Sebagai contohnya yaitu adanya media sosial dan
media berita online yang saat ini dapat digunakan untuk mendapatkan berita dan
menyebarkannya selama 24 jam non-stop. Seolah-olah setiap detik berita di
seluruh dunia diproduksi untuk dibagikan ke khalayak ramai. Hal ini memunculkan
dua dampak, pertama dampak positif, dimana
kita bisa mendapatkan berita kapanpun dan dimanapun secara cepat. Namun yang kedua, kecepatan arus informasi yang
dibuat akan mengakibatkan sebah efek samping yang sangat fatal.
Indonesia salah satu negara penguna media sosial terbesar,
dalam penelitian yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) sebanyak 87,13% dari total 143,26 juta pengguna internet di Indonesia
memanfaatkan internet untuk media sosial, dari hasil penelitian APJI dapat di
analisisis bahwa Indonesia melakukan transisi demokrasi yang mengarah kepada
demokrasi digital (cyberdemocracy). Jumlah pengguna media sosial yang besar
merupakan sebuah bukti bahwa masyarakat Indoneisa sudah menerima hal-hal baru
yang dapat mempermudah pekerjaan mereka. Namun sayangnya, dengan pesatnya
perkembangan jumlah pengguna media sosial di Indonesia diiringi juga dengan
banyaknya berita-berita hoax atau fake news yang tersebar di media sosial.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan bahwa pada
tahun 2017 terdapat 800.000 situs di Indonesia terindikasi sebagai penyebar
informasi palsu atau hoax.
Faktor
Penyebab Munculnya Berita Hoax atau Fake News
Berita Hoax atau Fake News merupakan berita bohong yang
dibuat secara sengaja dan kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh
siapapun. Berikut beberapa faktor penyebab munculnya berita hoax atau fake news :
1. Munculnya
berita hoax atau fake news didasari oleh rasa ingin mencari sensasi di media
sosial/internet. Biasanya untuk mencari perhatian dari pengguna media sosial
atau layanan internet. Pemilik akun dengan sengaja menyebarkan berita yang
sensasional demi mendapatkan perhatian publik.
2.
Beberapa
akun penyebar berita hoax atau fake news berorientasi untuk mendapatkan sebuah
uang dengan bekerjasama dengan orang lain sebagai pemesan berita. Seperti kasus
Saracen di Indonesia pada tahun 2017 dimana berdasarkan hasil penyelidikan
aparat kepolisian terdapat sekitar 2.000 akun dan berkembang menjadi kurang
lebih 800.000 akun media sosial yang digunakan untuk menyebar konten kebohongan
tersebut.
3.
Dalam
periode Pemilu khususnya, berita hoax atau fake news digunakan untuk
menyebarkan kebencian-kebencian dan kebohongan-kebohongan dari seseorang calon
kandidat kepada calon kandidat lain dengan tujuan untuk menjatuhkan kepercayaan
masyarakat kepada orang tersebut (Black Campaign).
4.
Faktor
masyarakat yang mudah terprovokasi atas isu-isu yang belum jelas kebenanrannya
serta kurangnya minat membaca masyarakat yang mengakibatkan berita hoax atau
fake news tanpa di cek kebenarannya langsung di publikasi oleh masyarakat.
Waspada
Hoax atau Fake News di Media Sosial Jelang Pemilihan Umum Serentak 2019
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat pada Juli hingga September 2018 terdapat 230 hoax yang tersebar di masyarakat,
dimana sebanyak 135 hoax berkaitan dengan Politik. Pada bulan September 2018
saja terdapat lebih 52 berita hoax bertemakan politik, dimana 36 berita hoax menyerang pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 01 yaitu Joko
Widodo-Ma’ruf Amin, serta 16 berita hoax menyerang pasangan calon Presiden dan
Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Polda Metro Jaya
dan Mabes Polri melakukan kerjasama dalam memerangi hoax atau fake news dengan
membentuk tim khusus yang diberi nama Satgas Nusantara. Namun yang terpenting
bahwa masyarakat sipil lah yang harus menjadi pelopor pemberantasan hoax atau fake news dengan cara tidak secara langsung mem-publish atau me-repost berita
tanpa mengecek ulang kebenaran konten sebuah berita.
Gerakan
Literasi Media dan Grass Root
Berbasis Pendidikan Politik
Masyarakat merupakan pilar utama dalam mengawal pesta
demokrasi 5 tahunan. Pemilu 2019 tentu akan menghadapi iklim baru dibandingkan
dengan pemilu 2014. Media sosial menjadi ajang kampanye gratis, membunuh lawan
politik, dan juga bisa menjadi ajang memberikan berita palsu. Bawaslu dan KPU
tentu tidak akan mampu mengontrol penyebaran berita di dunia maya. Dari
sinilah harus muncul gerakan-gerakan kerelawanan baru yang mampu memberikan
pemahaman kepada masyarakat agar menjadi masyarakat yang cerdas dan berperilaku
bijak dalam menggunakan media sosial. Bawaslu dan KPU juga harus mampu
memberikan ruang atau bahkan dapat membentuk relawan khusus sebagai kepanjangan
tangan dengan tujuan untuk memberikan pendidikan politik dan pendidikan terkait
menciptakan media yang baik.
Gerakan akar rumput yang fokus terhadap pemberian edukasi
politik kepada masyarakat dapat melakukan penyebaran kebaikan informasi dengan
menggalakan konten-konten positif yang kreatif dan bisa di mengerti oleh anak
muda atau bahkan untuk kalangan dewasa. Gerakan akar rumput juga harus mampu
memiliki karakter fleksibel di dunia maya untuk melakukan take and give dalam sharing pendapat yang dimana dalam
percakapan itu masuk kedalam ranah menjahtukan martabat orang lain.
Azka Abdi Amrurobbi
Sekretaris Jenderal Komunitas Independen Sadar Pemilu
Sekretaris Jenderal Komunitas Independen Sadar Pemilu
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY
Komentar
Posting Komentar