Generasi Milenial Menatap Pemilu Serentak 2019


Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan KPU Goes to Campus, Kamis (5/4). Acara tersebut mengangkat tema Peran Generasi Millenial dalam Pemilu Serentak 2019.
Komisioner KPU DIY Farid Bambang Siswantoro manyampaikan jumlah golput dalam Pemilu mengalami peningkatan, pada Pemilu 2004 sebanyak 33 juta, Pemilu 2009 sebanyak 43 juta, dan Pemilu 2014 sebanyak 58 juta. Selain itu, jumlah partisipasi dalam pemilu juga turun, pada Pemilu 2004 sebanyak 93%, Pemilu 2009 sebanyak 72%, namun pada Pemilu 2014 naik menjadi 75%.
Ia menambahkan, golput dapat memberikan kerugian bagi masyarakat, diantaranya menyia-nyiakan hak sendiri, dipilihkan waki/pemimpin oleh orang lain, dan membelenggu kepentingan nasional. Hal tersebut terjadi ketika bergabung dengan money politic, membuka peluang masuknya komprador asing, dan termasuk perbuatan berisiko.
Sementara itu, mantan Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Bambang Eka Cahya Widodo mengatakan tantangan Pemilu 2019 adalah Pemilu Serentak yang pertama. Menurutnya, pertama kali dalam sejarah dalam satu waktu sekaligus masyarakat akan memilih DPRD Kota/Kabupaten, DPRD Provinsi, DPR, DPD hingga Pemilihan Presiden.
Terkait generasi millenial, Bambang mengingatkan, tugas berat bagi mereka adalah menyaring informasi mana hoax mana yang benar. “Kita bukan cuma banjir, tapi tsunami informasi, kita sudah tenggelam dalam informasi yang tidak jelas, kelelep tidak bisa bernafas, karena terlalu banyak informasi masuk ke kepala kita setiap hari,” tuturnya.
Kemudian ia juga menerangkan tentang karakteristik generasi millenial, diantaranya mereka menyukai komunikasi dua arah, wajib memiliki akun media sosial, membaca melalui smart phone, lebih mementingkan konten, dan keluarga menjadi pusat pertimbangan pengambilan keputusan. “Mereka tidak tertarik pada informasi yang disampaikan tetapi mereka lebih tertarik kepada komentar-komentar yang disampaikan oleh orang terhadap informasi, itu ciri khas generasi millenial,” tandas Bambang.
Ketua Komunitas Independen Sadar Pemilu (KISP) Edward Pahlevi mengatakan generasi muda bisa menjadi pemilih pasif atau aktif, ketika tidak ikut terlibat dalam Pemilu 2019 maka jangan salahkan yang terpilih nanti adalah pemimpin-pemimpin yang korup. “Harapannya dengan diskusi ini bareng-bareng anak muda bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara,” ungkapnya.
Titin Purwaningsih, Dekan FISIPOL UMY menyampaikan bahwa generasi millenial berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana generasi zaman now sangat melek teknologi, banyak berinteraksi dengan media sosial dan gadget. Ia juga berharap generasi millenial tidak menjadi pasif, asosial dan apolitis tetapi dapat memperkuat kewarganegaraan untuk sadar politik. “Sadar akan politik tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara,” imbuh Titin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spektrum Arah Gerak Partai Politik di Indonesia; Antara Kiri dan Kanan

Tipe Pemilih Dalam Pemilu

Membumikan Gerakan Literasi Media Berbasis Pendidikan Politik